Senin, 25 April 2016

ELI LAMA SABAKHTANI: APA ARTINYA? BUKTI BAHWA YESUS BUKAN TUHAN?


Mobil tanpa sopir (driverless) telah diuji coba sejauh 482.803,2 kilo meter tanpa kecelakaan, dan telah dipatenkan kata Chris Urmson pemimpin ahli mesin untuk Google (Liputan6.com). Mengendarai mobil tanpa sopir tinggal memprogram tujuan yang akan di datangi, lalu penumpangnya dapat tidur dengan nyenyak. Sistem computer yang dihubungkan dengan satelit yang akan mengendalikan mobil untuk mengantar sampai di tujuan. Pada waktu itu hanya orang yang berpikir primitif yang mempertanyakan, sopir yang lagi tidur bagaimana mungkin kendaraan akan sampai di tujuan.
Polemikus Islam memahami Matius 27:47 yang berbunyi: “Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eli, Eli, lama sabakhtani?” Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”, yang menimbulkan pertanyaan jika Yesus itu Tuhan lalu Tuhan yang mana lagi yang dipanggil, lalu mengapa memanggil Tuhan yang justru membuktikan Yesus dan Tuhan tidaklah menyatu, dan siapa yg berani mencabut nyawa Tuhan, selanjutnya jika Yesus dipersiapkan oleh Tuhan untuk mati di kayu salib dalam rangka untuk menebus dosa, tentu tidak perlu dia harus berteriak-teriak minta tolong kepada Tuhan dia harus ikhlas. Jika Yesus Tuhan, ketika dia mati selama 3 hari 3 malam, siapakah yang mengendalikan alam semesta ini? Bukankah setiap yang berseru memanggil Tuhan pasti bukan Tuhan, dan Yesus berseru memanggil-manggil Tuhannya itu berarti Yesus bukan Tuhan.
Yesus memanggil "Allah-Ku Allah-Ku" kepada Allah Bapa-Nya, yang sudah sewajarnya dalam peran-Nya sebagai manusia saat mengalami penderitaan memanggil kepada Allah, dan bukannya mengucapkan kata-kata hujatan seperti penjahat yang disalib di sebelah-Nya. Apakah Polemikus Islam rela kalau dikatakan al-Quran bukan firman Allah hanya buku biasa oleh sebab bisa dibakar? Dalam hal ini Yesus yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. (Filp. 2:6-8). Yesus perwujudan dari firman Allah yang turun (nuzul) menjadi manusia memang bukan Allah, tetapi Yesus sehakekat dengan Allah dalam kapasitas-Nya sebagai firman Allah makanya disebut Tuhan.
Dalam peristiwa penyaliban tidak ada yang mencabut nyawa Yesus, seperti dalam pemahaman Islam orang mati karena nyawanya dicabut oleh malaikat Izrail. Memang tidak ada satu malaikatpun yang berwenang mencabut nyawa Yesus, karena itu dalam kematian Yesus dikatakan: "Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku." (Luk. 23:46). Adapun teriakan Yesus saat disalib sudah cukup jelas Dia tidak minta tolong, Yesus ikhlas melakukannya dengan mengatakan "sudah genap" saat disalib, dan "Bukan kehendak-Ku yang jadi, tetapi kehendak-Mu" saat berdoa di taman Getsemani. Yesus sangat tahu untuk apa Dia datang ke dunia, sebab tidak kurang dari tiga kali mengucapkan jikalau diri-Nya harus mati disalibkan (Mat. 16:21, 17:23, 20:19,26:2).
Pertanyaan Polemikus Islam didasarkan pada pemahaman bahwa: Jika Yesus Tuhan dan ketika Dia mati selama 3 hari 3 malam, siapakah yang mengendalikan alam semesta ini? Logika seperti itu sama hal pada saat firman Allah turun (nuzul) menjadi kitab yang disebut al-Quran, lalu apakah Allah di dalam surga menjadi bisu tidak lagi dapat berfirman. Logika yang demikian memahami Allah yang Maha Besar dengan ukuran manusia yang terbatas. Sebab sewaktu Allah menciptakan langit dan bumi dengan berfirman "Jadilah" (kunfayakun), maka firman yang diucapkan Allah telah menciptakan, dan sekaligus menjadi hukum yang mengatur apa yang diciptakan-Nya. Sehingga Allah tidak terus menerus berfirman hanya untuk mengendalikan alam semesta, seperti sebuah generator yang harus mesinnya terus bersuara agar lampu tetap menyala. Demikian halnya sewaktu firman Allah "diam" dalam kematian Yesus, tidak berarti Allah lalu kehilangan kendali dalam mengontrol alam semesta.
Jadi Yesus adalah firman Allah yang berinkarnasi menjadi manusia, kalau Ia menampilkan ekspresi yang bertentangan dengan Ketuhanan-Nya, pertanda Ia benar-benar telah menjadi manusia. Sedangkan kemanusiaan Yesus tidak mengurangi sedikitpun Ketuhanan-Nya selaku firman Allah, sebagaimana Polemikus Islam meyakini al-Quran sebagai firman Allah, yang tidak berkurang hakekatnya sebagai firman Allah, oleh karena kertas dan tinta yang dipakai untuk menulis sehingga menjadi kitab. Selamat berpikir dan merenungkan.

Tidak ada komentar: