Hari minggu kemarin saya beribadah di Gereja Tiberias Dome Kelapa Gading dan saya sempat melihat tulisan di pojok Buletin Tiberias yang bertuliskan:
"BERHUBUNG Pdt. ARISTO PURBOADJI PARIADJI MULAI AKTIF DALAM BIDANG POLITIK, MAKA BELIAU TIDAK AKTIF LAGI DALAM PELAYANAN. MOHON DOA AGAR MENJADI BERKAT BAGI BANGSA DAN NEGARA".
Saya sebelumnya juga pernah berbicara dengan Bpk. Aristo Pariadji mengenai hal ini. Saat ini dia ditempatkan sebagai calon legistlatif DPRD DKI Jakarta untuk daerah pemilihan 5 (Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu) dari Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra).
LATAR BELAKANG
Saya tentu saja sangat mendukung Bpk. Aristo untuk terjun dalam dunia politik mengingat latar belakang pendidikannya.
Latar belakang Pendidikannya:
1. Sarjana S1 dalam program Studi Economics And Management dari University of London at Singapore dengan nomor SK 2014 tertanggal 19 Oktober 2011.
2. Master dalam Teologi dari Harvest International Theological Seminary.
3. Sedang menyelesaikan Program Doktoral dari Universitas Indonesia di bidang Kajian Stratejik Intelejen.
PENGALAMAN KERJA
Saya adalah seorang Konsultan Training di salah satu perusahaan training terbesar di Indonesia. Saya beberapa kali bekerja sama dengan Aristo Purboadji, dimana dia mengajar untuk materi Finance for Non-Finance, salah satunya adalah ketika dia harus rela pergi ke Balikpapan untuk mengajar perusahaan kontraktor Batu Bara, PT. BUMA.
Dia juga adalah seorang Konsultan Keuangan di Perusahaan yang didirikannya. Bahkan sebelumnya dia juga adalah seorang trainer profesional di bidang keuangan dan saham yang sukses beberapa kali melakukan pelatihan dalam skala besar.
PENDAPAT ALKITAB
Alkitab sama sekali tidak pernah membuat dikotomi antara pekerjaan pelayanan (Pendeta, Imam, Penatua, dll) dengan pekerjaan sekuler.
Bahkan saya dengan keras menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara kerja sekuler dengan kerja rohani di mata Tuhan. Karena Alkitab berkata dalam
Kolose 3:23
"Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia"
Jadi jelas tidak ada masalah seorang Pendeta yang bergerak ataupun bekerja dimana saja selama itu bisa mempermuliakan Tuhan.
Bahkan dalam Perjanjian Baru kita dapat melihat para rasul masih sempat melakukan pekerjaan yang kata orang non-rohani, tapi tetap saja dilakukan oleh para rasul.
Contoh: Rasul Paulus masih bekerja sebagai tukang kemah (Kis 18:3); Rasul Petrus masih menjala ikan setelah kebangkitan Yesus, dan lainnya.
Kesimpulan 1:
Alkitab sama sekali tidak membedakan antara pekerjaan rohani dan pekerjaan sekuler. Karena apapun yang kita kerjakan selama berfokus pada Tuhan, itu adalah pekerjaan rohani. Martin Luther bahkan pernah berkata "Mengganti popok anak dengan berkhotbah di mimbar, sama mulianya di hadapan Tuhan".
POLITIK BERTENTANGAN DENGAN ROHANI
Kembali lagi kita harus berpatokan pada Alkitab.
Dalam Perjanjian Lama, pemimpin pertama bangsa Israel adalah Musa, dimana dia harus bertindak sebagai pemimpin rohani sekaligus pemimpin politik bagi bangsa Israel. Kemudian sesudah zaman Musa, maka tugas rohani diberikan kepada keturunan Harun.
Dalam Perjanjian Lama sangat jelas bahwa politik dan rohani tidak dapat dipisahkan. Bahkan jika seluruh bangsa Israel berbuat salah kepada Tuhan, seringkali bangsa itu akan mengalami permasalahan dalam dunia politiknya.
Politik itu busuk adalah STIGMA yang terbentuk akibat kekecewaan masyarakat terhadap pemerintahan yang ada. Melihat banyaknya korupsi yang terjadi yang melibatkan para politikus, tentu saja hal ini memang menjadi faktor pengental yang membuat Stigma tersebut seakan-akan benar. Bahkan tidak jarang kita melihat para rohaniawan yang kesannya hebat namun akhirnya jatuh karena korupsi (Contoh: Korupsi impor sapi).
Namun itu semua bergantung pada orangnya. Saya mengutip kalimat yang pernah diucapkan oleh Ki Bagus Heruyono (salah seorang rohaniawan asal Blitar) yang kemudian saya modifikasi sedikit:
"Jangan jadi manusia yang berselera rendah. Jangan hanya melihat contoh yang salah. Memang banyak politikus busuk, tapi bukankan masih banyak juga politikus yang bersih hatinya dan suci hidupnya".
Artinya memang beberapa kali kita dikecewakan, tapi bukan karena politik tapi karena perilaku manusianya.
ARISTO PURBOAJI
Keputusannya untuk terjun dalam dunia politik bagi saya pribadi sangat baik. Bahkan dia rela meletakkan jabatan kependetaannya untuk melayani Tuhan dalam bidang politik.
Ingat, bahwa dia bukan saja ahli dalam bidang rohani tapi memang pakar dalam bidang keuangan dan strategi.
JAWABAN SAYA TERHADAP KOMPASIANA.com http://sosok.kompasiana.com/2013/05/06/demam-caleg-bukan-hanya-merambah-artis-namun-juga-merambah-gereja-termasuk-si-pdt-aristo-pariadji-itu-553423.html
Yang diberikan garis tebal adalah fitnahan dari penulis di kompasiana.com yang bernama MAWALU (tentu saja ini adalah nama palsu). Berikut jawaban saya:
1. Pendeta yang hanya mementingkan kepentingan Pribadi dan Ego
Saran saya bagi penulis di Kompasiana, anda tidak bisa menilai seseorang kalau belum pernah berbicara dan bertukar pikiran dengan orang tersebut.
Tapi untuk permasalahan ini sangatlah subyektif karena saya pasti akan membela Aristo karena saya memang sudah mengetahui visi dan misinya bagi perbaikkan Provinsi DKI Jakarta.
Karena hal ini bersifat subyektif, maka saya tidak akan membahasnya.
2. Politik adalah cara Iblis menguasai dunia melalui tata pemerintahan dunia dan melalui struktur politik yang ada.
Bahkan penulis di kompasiana yang bernama Mawalu menulis bahwa harusnya seorang Pendeta yang mengenyam pendidikan Teologi harus menyadari hal ini.
Maaf kami tidak belajar akan hal itu, yang kami pelajari adalah bahwa kami harus menjadi terang dimanapun, termasuk kalau kami diberikan kepercayaan di dunia politik.
3. Motivasinya harus dipertanyakan
Sekali lagi tulisan ini bersifat subyektif. Sang penulis (Mawalu) menulis bahwa dalam KEBANYAKAN KASUS, orang yang mencemplungkan dirinya ke dunia politik itu BIASANYA ambisis, penuh intrik, raja tega, licik, dst.
Perhatikan dua kalimat yang saya tulis dalam huruf besar. "Kebanyakan" dan "Biasanya" artinya tidak semua. Jangan pernah kita menggeneralisasi sesuatu. Contoh: Apakah benar semua orang Padang itu jago berdagang? Apakah semua orang Manado jago makan pedas? Apakah semua orang Batak bersuara keras?
Itu semua adalah generalisasi, tapi tidak semuanya benar.
4. Aristo adalah kutu loncat dan tidak punya pengalaman politik
Dari tulisan inilah saya menebak bahwa penulis (Mawalu) sama sekali asal ngomong tanpa melihat atau berusaha mencari data mengenai siapa Aristo sebenarnya.
Aristo Purboadji Pariadji justru sangat mengerti politik. Tapi ketika dia mencalonkan diri sebagai anggota dewan, bukan hanya pengetahuannya tentang politik yang dibutuhkan tapi pengetahuannya di bidang yang lain juga dibutuhkan. Kalau orang hanya jago dalam bidang politik, maka biasanya dia akan keblinger dan tidak akan memberikan kontribusi kepada negara. Tapi bukankah Aristo adalah pakar di bidang keuangan. Dia juga menjadi Dosen di beberapa Universitas, seperti Kampus Swasta, International College, bahkan juga dosen di salah satu Universitas Negeri terbaik di Indonesia.
Jadi kalau Anda bilang bahwa Aristo tidak punya pengalaman, maka saya yakin data dan informasi yang Anda punya sama sekali tidak valid.
Satu hal lagi yang perlu Anda ketahui, seluruh ijazah yang dimiliki Aristo itu adalah valid dan didapatkan melalui jalan yang benar dan dalam proses perkuliahan yang benar.
5. Membela Kaum Kristiani? Kaum Kristiani macam mana yang mau Anda bela? Pengikut Kristus tak perlu dibela, bung. Kita punya BAPA Yang Dasyat yang senantiasa membela anak-anaknya, kapanpun, dimanapun, dan dalam kondisi apapun di dunia yang fana ini.
Amin, saya katakan. Bahwa kita memiliki Bapa yang baik.
Lagipula siapa yang berkata bahwa Aristo akan MEMBELA kaum Kristiani? Dia hanya menyampaikan aspirasi kaum Kristen dan juga kaum apapun juga yang mempercayai dia sebagai anggota dewan. Karena ketika seseorang menjadi anggota dewan, suaranya bukan lagi suara agama tapi suara yang mewakili rakyat secara keseluruhan.
Anda lihat Wakil Gubernur Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama. Apakah dia membela orang Kristen? TIDAK. Dia membela seluruh warga Jakarta. Tapi toh dia menjadi terang bagi Jakarta, karena dengan pekerjaan yang dia lakukan sekarang, nama Tuhan kita dipermuliakan.
6. Ladangnya butuh banyak Pengerja dan disanalah Anda harus berada. Carilah YESUS, bukan cari SENAYAN.
Pertanyaan saya: "Apakah Penulis (Mawalu) tidak sadar bahwa yang Alkitab maksud dengan ladang itu bukanlah mimbar gereja?"
Ya, yang dimaksud Alkitab dengan kata "ladang" bukanlah gereja, tetapi tempat dimanapun kita berada sehingga nama Yesus dimuliakan.
KESIMPULAN
1. Jika dilihat dari tulisannya, maka tulisan ini didasari oleh sifat sirik dan antipati dari Mawalu (Penulis kompasian.com yang mengkritik keputusan Aristo untuk terjun dalam dunia politik).
Hal ini sangat terlihat dari tulisannya yang menyebut Aristo dengan sebutan "Si Pdt. Aristo Pariadji itu" atau "Si Aristo Pariadji".
2. Dia beberapa kali beribadah di Tiberias, terlihat dari kalimat "Hari Minggu kemarin (5/5/2013), aku mengikuti ibadah di Gereja Tiberias Indonesia, Balai Sarbini Plaza Semanggi".
3. Dia adalah penulis tulisan di kompasiana.com dengan judul "Kesalahan Terbesar Gereja Tiberias. Benarkan Josua Tumakaka itu pengikut Nyi Roro Kidul?"
Jadi Anda sudah bisa menebak bahwa darimana dia berasal, menentukan kualitas tulisannya.
Untuk melihat Profil Aristo Purboadji lebih lengkap, silahkan klik disini
Untuk melihat Profil Aristo Purboadji lebih lengkap, silahkan klik disini
3 komentar:
Baru setaoanan hasilnya http://m.merdeka.com/politik/memalukan-anggota-dprd-dki-dari-gerindra-bolos-rapat-berbulan-bulan.html
Saudara sam,
Tuduhan itu sudah dikonfirmasi dan Bpk Aristo memang tdk mengisi absen tetapi beliau tetap masuk, dan hal itu sudah pernah dibuktikan dengan daftar absen Komisi C.
Saya akan menaruh hormat pada Anda kalau komentar Anda didasarkan pada data dan fakta, bukan berdasarkan gosip. Hehehehehe.
Lebih baik sebarkan data, bukan sebarkan gosip. Nanti jadi biang gosip loe, hehehehe piss, jangan marah yah
Posting Komentar