Agama: Katolik
Sebagian besar penduduk beragama Kristen dengan rincian persentase kurang lebih sebagai berikut Katolik 54,14% Protestan 34,74%, Islam 9,05% , Hindu 0,11%, Buddha 0,01% dan sebanyak 1,73% menganut agama dan kepercayaan lainnya.
Nama Frans Lebu Raya belum banyak dikenal. Figurnya juga belum banyak diketahui, kecuali di kalangan pegiat Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Dia masih tenggelam di bawah sungkup format politik orde baru yang masih sangat diatur dan sentralistis.
Tetapi ketika terjadi perubahan politik di negeri ini saat reformasi tahun 1998, Frans mulai tampil ke pentas arena. Bersamaan dengan menguatnya sosok Megawati di tingkat pusat, di NTT Frans dengan beberapa kawannya di barisan tercederai ini naik panggung melalui pintu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Anak petani dari Adonara ini banyak berkisah tentang riwayat perjalanannya yang dilukiskannya penuh onak dan duri. Frans mengatakan, karier politik yang sekarang diraihnya merupakan hasil investasi dari segudang pengalaman pahit, penderitaan, tekad, dan semangatnya yang pantang menyerah. Latar belakangnya sebagai anak petani di kampung, kata Frans, telah turut mewarnai sepak terjangnya baik sebagai politisi maupun sebagai pejabat publik yang dekat dengan orang kecil, low profile dan tidak memposisikan diri terlalu jauh di atas.
2. Cornelis (Kalimantan Barat)
Mayoritas penduduk Kalimantan Barat memeluk agama Islam (57,6%), Katolik (24,1%), Protestan (10%), Buddha (6,4%), Hindu (0,2%), lain-lain (1,7%).
Drs. Cornelis, M.H. (lahir 27 Juli 1953; umur 59 tahun) adalah Gubernur Kalimantan Barat periode 2008–2013. Cornelis memenangi Pilkada Gubernur Kalimantan Barat yang diadakan pada 15 November 2007. Ia dilantik oleh Mendagri Mardiyanto pada 14 Januari 2008, berpasangan dengan Wakilnya Christiandy Sanjaya. Cornelis juga menjabat sebagai Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Kalimantan Barat dan Ketua Keluarga Besar Putra Putri Polri (KBPPP) Kalimantan Barat.
Karier pemerintahannya dimulai sebagai staf di Kantor Camat Mandor, Camat Menyuke (Darit), dan kemudian menjadi Bupati Landak selama dua periode, yakni 2001–2006 dan 2006–2008. Setelah menjadi Gubernur Kalimantan Barat, posisinya digantikan oleh Adrianus Asia Sidot.
Ia adalah Gubernur Kalimantan Barat bersuku Dayak serta beragama Katolik kedua setelah J.C. Oevaang Oeray.
3. Agustinus Teras Narang (Kalimantan Tengah)
Agustin Teras Narang (lahir di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, 12 Oktober 1955; umur 57 tahun) adalah Gubernur Kalimantan Tengah ke-12. Sebelum menjabat sebagai gubernur, ia dikenal sebagai politikus yang pernah duduk di Dewan Perwakilan Rakyat. Ia menggantikan Sodjuangan Situmorang yang ditunjuk sebagai pejabat sementara Gubernur Kalimantan Tengah. Ia juga masih menjabat sebagai salah satu Teman Serikat Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan.
4. Sinyo Harry Sarundajang (Sulawesi Utara)
Hal ini adalah sesuatu yang wajar mengingat Kristen adalah agama mayoritas di Sulawesi Utara.
Drs. Sinyo Harry Sarundajang (lahir di Kawangkoan, Minahasa, Sulawesi Utara, 16 Januari 1945; umur 68 tahun) adalah Gubernur Sulawesi Utara.
5. Karel Albert Ralahalu (Maluku)
Karel Alberth Ralahalu adalah Gubernur Provinsi Maluku yang dipilih secara demokratis dalam pemilihan umum Kepala Daerah Maluku bersama-sama Wakil Gubernur Said Assagaff untuk masa jabatan 2003 hingga 2008. Ketika terpilih, Kareal Ralahalu adalah Gubernur petahana.
6. Abraham Octavianus Atururi (Papua Barat)
Abraham Octavianus Atururi (lahir di Serui, Kepulauan Yapen, Papua, 13 Oktober 1950; umur 62 tahun) adalah Gubernur Papua Barat periode 2003—2005 dan 2006—2011. Sebelum menjadi gubernur, ia pernah menjabat sebagai Bupati Sorong periode 1992—1997 dan Wakil Gubernur Irian Jaya periode 1996—2000.
Pada pembentukan provinsi Papua Barat, Abraham Octavianus Atururi terpilih sebagai gubernur pertama pada tahun 2003 hingga 23 Juli 2005. Selanjutnya, ia digantikan oleh Timbul Pudjianto karena mengundurkan diri untuk ikut dalam pemilihan kepala daerah Papua Barat.
Abraham Octavianus Atururi mengawali karier sebagai anggota TNI Angkatan Laut sebagai lulusan AKABRI. Selain itu, ia juga pernah menjabat sebagai Wakil Ketua KONI Irian Jaya, Ketua PMI Irian Jaya, Ketua KONI Papua Barat, dan Ketua Umum Mabida Papua Barat.
Ia menikah dengan Julieta D. Ximenes dan dikaruniai 5 orang anak.
7. Basuki Tjahaja Purnama (AHOK)
7. Basuki Tjahaja Purnama (AHOK)
Ir. Basuki Tjahaja Purnama , M.M (EYD: Basuki Cahaya Purnama, nama Tionghoa: Zhōng Wànxué / 鍾萬學 [1] (lahir di Manggar,Belitung Timur, 29 Juni 1966; umur 48 tahun), atau paling dikenal dengan panggilan Hakka Ahok (阿學), adalah Gubernur DKI Jakarta yang menjabat sejak 19 November 2014. Pada 14 November 2014, ia diumumkan secara resmi menjadi Gubernur DKI Jakarta pengganti Joko Widodo, melalui rapat paripurna istimewa di Gedung DPRD DKI Jakarta[2]. Basuki resmi dilantik sebagai Gubernur DKI Jakarta oleh Presiden Joko Widodo pada 19 November 2014 di Istana Negara setelah sebelumnya menjabat sebagai Pelaksana Tugas Gubernur sejak 16 Oktober hingga 19 November 2014[3][4]. Ia merupakan etnis Tionghoa pertama dan orangKristen kedua yang mengemban jabatan tersebut.
Basuki pernah menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI dari 2012-2014 mendampingi Joko Widodo sebagai Gubernur. Sebelumnya Basuki merupakan anggota Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat periode 2009-2014 dari Partai Golkar namun mengundurkan diri pada 2012 setelah mencalonkan diri sebagai wakil gubernur DKI Jakarta untuk Pemilukada 2012.[5] Dia pernah pula menjabat sebagai Bupati Belitung Timur periode 2005-2006. Ia merupakan etnis Tionghoa pertama yang menjadi Bupati Kabupaten Belitung Timur, yang populer sebutan masyarakat setempat dengan singkatan Kabupaten Beltim.
Pada tahun 2012, ia mencalonkan diri sebagai wakil gubernur DKI berpasangan dengan Joko Widodo, wali kota Solo. Basuki juga merupakan kakak kandung dari Basuri Tjahaja Purnama, Bupati Kabupaten Belitung Timur (Beltim) periode 2010-2015. Dalam pemilihan gubernur Jakarta 2012, mereka memenangkan pemilu dengan presentase 53,82% suara. Pasangan ini dicalonkan olehPartai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Pada 10 September 2014, Basuki memutuskan keluar dari Gerindra karena perbedaan pendapat pada RUU Pilkada. Partai Gerindra mendukung RUU Pilkada sedangkan Basuki dan beberapa kepala daerah lain memilih untuk menolak RUU Pilkada karena terkesan "membunuh" demokrasi di Indonesia. Basuki melanjutkan jabatannya sebagai Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta tanpa dukungan partai (independen)[6] hingga pun dirinya dilantik sebagai Gubernur DKI pada 19 November 2014.
Pada tanggal 1 Juni 2014, karena Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengambil cuti panjang untuk menjadi calon presiden dalamPemilihan umum Presiden Indonesia 2014, Basuki Tjahaja Purnama resmi menjadi Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta. Setelah terpilih pada Pilpres 2014, tanggal 16 Oktober 2014 Joko Widodo resmi mengundurkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta. Secara otomatis, Basuki menjadi Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta[7].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar