1. Hukum Tuhan selalu memiliki tujuan
Ketika kita membaca Alkitab, khususnya dalam kitab Imamat dan Ulangan, maka disitu kita akan dipaparkan mengenai daftar makanan-makanan haram. Sederhananya, makanan yang mungkin biasa kita konsumsi dan ternyata menurut Imamat dan Ulangan adalah haram, antara lain: Babi, Anjing (RW), Paniki (Kalelawar), dan lainnya. Bahkan yang dimaksud binatang haram itu termasuk udang, cumi-cumi, ikan lele.
Apakah kita berarti tidak boleh memakannya? Mari kita kupas hal ini lebih mendalam!
Kita harus paham bahwa setiap hukum memiliki tujuan.
TAURAT, selalu memiliki tujuan |
Manusia tidak boleh membunuh dengan alasan dengan tujuan bukan hanya agar kita tidak menghilangkan nyawa orang lain. Tujuan utamanya adalah supaya ANDA tidak dibunuh oleh orang lain.
Contoh 2:
Jika kita ingat hukum Taurat nomor 2 yang berisi "Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi." Kalau kita hanya membaca dan mengartikannya secara harafiah, maka kita sebagai orang Kristen sama sekali tidak boleh membuat patung. Bahkan kalau saya mau pertajam, kita tidak boleh mengerjakan kesenian di sekolah, ataupun berupa boneka.
Apakah Anda setuju dengan saya? Tentu saja Anda tidak setuju. Boleh saya tau alasan Anda tidak setuju dengan saya? Alasannya bahwa hukum tersebut, memiliki tujuan utama bahwa kita tidak boleh menyembah apapun, kecuali kepada TUHAN. Kita tidak boleh menyembah patung (lambang dewa pada masa itu).
Lalu apa yang menjadi tujuan utama hukum dari makanan haram?
Kita harus lihat konteks dari penulisan hukum tersebut.
Hukum tersebut diberikan Tuhan ketika BANGSA ISRAEL SEDANG BERADA DALAM PERJALANAN MENUJU TANAH PERJANJIAN, dan mereka SEDANG BERADA DI PADANG GURUN.
Tuhan memberikan hukum tersebut, dengan satu alasan agar bangsa Israel tetap SEHAT. Karena Tuhan sangat tahu, dengan mengkonsumsi makanan yang masuk dalam daftar haram tersebut, maka kondisi fisik bangsa Israel akan menurun dan bisa dipastikan bangsa Israel tidak akan bertahan untuk hidup dalam padang gurun.
2. Hukum Makanan Berubah di Perjanjian Baru
Banyak sekali orang Kristen saat ini menggunakan ayat yang kurang tepat dalam menjelaskan permasalahan makanan haram ini. Memang ayat ini bisa saja digunakan, tapi tidak secara langsung menyatakan permasalahan makanan.
Ayat yang sering digunakan itu antara lain:
Matius 15:11: Kata Yesus "bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang.". Ayat ini sudah cukup baik, tapi kalau kita lihat bahwa Yesus tidak secara spesifik berbicara mengenai makanan.
Kisah Rasul 10:15: "Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram." Memang ayat ini bercerita bahwa Tuhan menyuruh Petrus memakan makanan haram, dan Tuhan menyatakan makanan tersebut sebagai makanan halal. Tapi kalau kita lihat bahwa ini hanya perumpamaan bahwa Petrus tidak boleh menganggap bangsa non-Yahudi sebagai bangsa haram.
Ayat yang bisa kita gunakan adalah:
Roma 14:2-3:
"Yang seorang yakin, bahwa ia boleh makan segala jenis makanan, tetapi orang yang lemah imannya hanya makan sayur-sayuran saja. Siapa yang makan, janganlah menghina orang yang tidak makan, dan siapa yang tidak makan, janganlah menghakimi orang yang makan, sebab Allah telah menerima orang itu."
Alkitab jelas menyatakan bahwa Allah menerima orang yang memakan segala jenis makanan (termasuk Babi dan lainnya, karena konteksnya adalah jemaat di Kota Roma).
1 Korintus 8:8
"Makanan tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah. Kita tidak rugi apa-apa, kalau tidak kita makan dan kita tidak untung apa-apa, kalau kita makan."
3. Apa yang Alkitab Jelaskan?
Allah melarang bangsa Israel untuk memakan makanan haram. Kata haram berasal dari kata "tow-ebah", yang memiliki dua arti yaitu: "Tidak Suci" atau "Sesuatu yang tidak bersih" atau ""Tidak Cocok".
Jadi Tuhan melarang bangsa Israel pada saat itu memakan karena memang makanan tersebut tidak cocok untuk kondisi padang gurun.
Jemaat Kristen pertama muncul dari sekumpulan komunitas Yahudi yang sulit untuk melepaskan diri dari konsep Taurat. Sehingga waktu itu ada banyak orang Kristen yang memang tidak memakan makanan haram. Ketika Kristen berkembang, maka para penganut Kristen bukan saja orang yang keturunan Yahudi, tapi juga berasal dari bangsa Roma, Yunani, Mesir, Afrika yang merupakan pemakan babi (makanan haram, hal ini bisa dibuktikan dalam sejarah bahwa bangsa ini menganggap babi sebagai makanan halal).
Akibatnya orang Kristen waktu itu memiliki dua kubu: 1) Kristen keturunan Yahudi, 2) Kristen keturunan non-Yahudi.
Babi, makanan yang tidak terlalu baik untuk kesehatan. (jika terlalu sering) |
Orang Kristen keturunan Yahudi kemudian sering menuding golongan lainnya, bahwa mereka adalah orang yang tidak beriman, bukan hanya masalah makanan yang dipertentangkan tapi juga permasalahan hari beribadah. Oleh sebab itu, Paulus menjelaskan bahwa ROMA 14:6 "Siapa yang berpegang pada suatu hari yang tertentu, ia melakukannya untuk Tuhan. Dan siapa makan, ia melakukannya untuk Tuhan, sebab ia mengucap syukur kepada Allah. Dan siapa tidak makan, ia melakukannya untuk Tuhan, dan ia juga mengucap syukur kepada Allah. ".
Mengapa Paulus berani berbicara seperti itu?
Paulus berani karena keputusan mengenai makanan haram sudah dibahas oleh Para Rasul dalam Sidang di Yerusalem yang diketuai oleh Rasul Petrus dan Rasul Yakobus. Salah satu hasil keputusan Sidang Yerusalem adalah: "kamu harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari percabulan."
PERDEBATAN
1. Yesus tidak memakan makanan haram.
Jawab: Benar sekali. Tapi ingat bahwa Yesus hadir di tengah umat Israel. Dan sebenarnya target utama keselamatan adalah bangsa Israel (walaupun bangsa Israel akhirnya menolak keselamatan). Tapi tidak semua yang Yesus lakukan harus kita lakukan.
Contoh 1: Yesus disunat, tapi Yesus juga mengajarkan bahwa sunat badani tidak penting, yang paling penting adalah sunat hati. Jadi kita tidak perlu disunat.
Contoh 2: Yesus tidak menikah. Apakah kita wajib untuk mengikuti Yesus dengan tidak menikah? Tentu saja tidak.
Jadi, bukan berarti kalau Yesus tidak memakan makanan haram, lalu kita menjadikan itu sebagai suatu hukum.
2. Yesus tidak pernah menghalalkan, yang menghalalkan itu adalah para Rasul
Perdebatan ini akan makin menyimpang. Tapi jawaban saya adalah:
Alkitab adalah tulisan para Rasul yang diinspirasikan Tuhan. Walaupun perkataan tersebut dan keputusan tersebut adalah keputusan para rasul, tapi saya percaya sepenuhnya bahwa disitu ada campur tangan Tuhan, dan saya percaya bahwa tidak ada pembedaan kadar antara perkataan Tuhan dengan perkataan Rasul dalam Alkitab, karena kesemuanya adalah FIRMAN ALLAH.
BOLEHKAH KITA MEMAKAN MAKANAN HARAM?
Jawaban saya boleh.
Tapi ingat, bahwa Alkitab memasukkan daftar makanan tersebut karena satu alasan, yaitu bahwa makanan tersebut tidak baik untuk kesehatan jika secara terus-menerus dikonsumsi.
Tuhan menciptakan Hukum dengan tujuan agar manusia sehat. Tapi tidak akan ada manusia yang masuk neraka dan dihukum hanya karena makanan.
1 komentar:
Kenapa diciptakan kalau diharamkan?
Posting Komentar