Ada anekdot lama yang bercerita mengenai orang Arab penjual kain, dimana untuk menarik pembeli dibuat tulisan "Ditanggung tidak luntur". Pada suatu hari ada pembeli yang protes karena kain yang dibelinya ternyata luntur. Si Arab dengan entengnya menjawab: "Pokoknya anda yang salah tidak bisa protes, sudah tahu saya orang Arab sebagai penjual seharusnya tulisan itu dibaca dari kanan ke kiri". Si Arab lupa kalau tulisan bahasa Indonesia membacanya dari kiri ke kanan, tidak peduli yang menjual atau yang menulis orang Arab sekalipun. Memang menyedihkan, kalau ada orang yang menyalahkan orang lain berdasarkan "prinsip pokoke".
Polemikus Islam menuduh Ketuhanan Yesus merupakan ajaran gereja dan bukan ajaran Yesus, ajaran tersebut menaikkan status kemanusiaan Yesus menjadi Tuhan, dengan menyatakan kalau Yesus seratus persen Allah dan seratus persen manusia. Prosentase yang dikemukakan tanpa didukung ayat-ayat Alkitab, hanya didasarkan pada argumen-argumen yang tidak masuk akal. Sebaliknya ada banyak ayat dalam Alkitab yang dapat dijadikan bukti, jikalau Yesus hanya seorang manusia biasa yang dipakai oleh Allah untuk menjadi seorang nabi.
Alkitab secara harfiah tidak menggunakan kata seratus persen untuk Ketuhanan maupun kemanusian Yesus, itu hanya istilah yang dipakai untuk merangkum seluruh penjelasan mengenai eksistensi Yesus. Dengan begitu tidak adanya kata seratus persen, lalu tidak bisa disimpulkan ajaran Ketuhanan dan kemanusiaan Yesus tidak ada, seperti karena kata Tritunggal tidak ada dalam Alkitab disimpulkan Tritunggal bukan ajaran Alkitab. Penggunaan seratus persen padanan untuk sejati, sebagai perlawanan terhadap konsep bahwa Yesus setengah Allah dan setengan manusia, merupakan ajaran yang dinamakan Arianisme dengan tokohnya yang bernama Arius.
Bukti kesejatian kemanusiaan Yesus dalam Alkitab sangat jelas, dari proses saat dikandung oleh Maria, dilahirkan lalu dalam usia delapan hari disunat, merasa lapar dan haus, tidur, berdoa, takut, menderita dan mati. Dalam kesejatian kemanusiaan Yesus dipanggil sebagai anak tukang kayu, orang Nazaret, guru, nabi, dan juga dihina, diragukan, difitnah, dihakimi, disiksa, disalibkan dan mati. Kesejatian kemanusiaan Yesus dibutuhkan karena dalam rangka menebus manusia yang berdosa, sebagaimana karena satu manusia Adam seluruh manusia terikat sistem atau hukum dosa, demikian juga karena satu manusia Yesus seluruh manusia dibebaskan dari sistem atau hukum dosa (Rm. 5:15; 1 Kor. 15:22).
Demikian juga Alkitab memberikan data mengenai kesejatian dari Ketuhanan Yesus, dimana sewaktu dikandung oleh Maria malaikat berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus" (Mat. 1:20), dan malaikat juga menegaskan: "Yesus disebut kudus Anak Allah" (Luk. 1:35). Ketuhanan Yesus diakui-Nya dalam Yohanes 13:13: "sebab memang Akulah Guru dan Tuhan". Dan hal itu dibuktikan dengan otoritas yang dimiliki-Nya untuk mengampuni dosa (Mrk. 2:5), menjamin orang masuk surga (Luk. 23:43), memberikan kunci Kerajaan surga kepada orang lain (Mat. 16:19) dan memegang kuasa di bumi dan di surga (Mat. 28:18). Tidak ada seorangpun bahkan nabi yang memiliki keunikan yang demikian, yang menunjukkan Yesus adalah Tuhan yang sejati.
Polemikus Islam jikalau tidak ngotot dengan "prinsip pokoke" seperti kisah tentang orang Arab di atas, tentu akan dapat memahami kesejatian kemanusian dan Ketuhanan Yesus, dengan bukti yang tertulis di dalam Alkitab seperti yang telah diuraikan. Biasanya akan berkelit dengan mengatakan ayat-ayat yang dikutip sudah dipalsukan, tetapi ia sendiri tidak memiliki ayat-ayat Injil yang asli selain Injil palsu Barnabas yang dianggapnya asli. Jadi yang jelas uraian di atas, telah membuktikan bahwa di dalam Alkitab tentang Yesus seratus persen (sejati) manusia dan seratus persen Tuhan didukung oleh ayat-ayat Alkitab. Selamat berpikir dan merenungkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar