Beberapa waktu yang lalu organisasi keagamaan Mohamaddiyah mengeluarkan fatwa, mengharamkan seseorang yang merokok, yang ditanggapi secara beragam oleh berbagai kalangan baik perorangan maupun lembaga. Artikel ini ditulis bukan dimaksudkan untuk ikut hirukpikuk dalam polemik terhadap fatwa tersebut, melainkan penulis telah menulis artikel ini hampir empat tahun yang lalu, yang baru diketemukan terselip diantara sekian banyak artikel maupun peper perkuliahan. Tulisan ini diharapkan menjadi bahan perenungan, dan bukannya untuk diperdebatkan, hanya sekedar untuk memaafkan diri sendiri, atau untuk maksud-maksud tertentu yang tidak kudus oleh para perokok.
Dari sekian banyak akibat yang harus ditanggung oleh seseorang sebagai perokok, harian pagi “Jawa Pos” medio Nopember 2006 menuliskan, bahwa 1 sampai 10 batang rokok yang dihisap perhari dalam jangka 10 sampai 20 tahun, beresiko terkena kanker paru-paru hingga 15 kali. Dan resiko akan meningkat 40 kali lipat pada perokok 20 sampai 30 batang perhari. Meskipun demikian, ada banyak alasan yang dibuat oleh para perokok, untuk mempertahankan dalam menikmati asap rokok. Alasan yang mereka buat diyakini seperti meyakini kebenaran ayat dalam Alkitab, sehingga untuk itu rela mengorbankan hidupnya. Bahkan Alkitab dijadikan dasar tindakannya, dengan menyatakan tidak ada satu ayatpun yang melarang orang untuk merokok. Sementara itu, Alkitab tidak juga memberikan dukungan satu ayatpun yang mengijinkan untuk merokok.
Alasan perokok yang disampaikan dalam bentuk pertanyaan, “Jika Allah melarang orang merokok, mengapa tumbuhan tembakau harus diciptakan?”. Pertanyaan tersebut sementara menuduh Allah sebagai biang keladi yang menyebabkan orang merokok, dan terlalu yakin bahwa tanaman tembakau diciptakan Allah supaya orang jadi perokok. Menghindari kesalahan dengan mengalihkan kepersoalan orang lain, “Kalau mau disalahkan ya penjual rokok, sebab saya merokok karena ada yang menjual”. Itu sama halnya saat Tuhan bertanya”Mengapa kamu memakan buah terlarang itu?” kepada manusia pertama, dan Adam menyalahkan Hawa isterinya, sementara isterinya menyalahkan ular. Tetapi pelanggaran tetaplah pelanggaran yang harus menerima sangsi, karena manusia diberikan akal dan nurani, untuk mempertimbangkan sebelum melakukan suatu tindakan. Ada pula yang menjadikan pembenaran untuk merokok, dengan alasan karena pemerintah memberikan ijin produksi terhadap pabrik rokok. Padahal pemerintah dalam menentukan kebijakan tidak didasarkan pada kebenaran Alkitab, melainkan politis, ekonomis, sosiologis, dan pragmatis. Seperti halnya pemerintah memberikan tempat untuk ”buka praktek” kepada para wanita pekerja seks komersial (PSK) yang disebut ”lokalisasi”, tidak sebagai pembenaran supaya orang percaya pergi ke tempat praktek tersebut.
Memahami ayat Alkitab tidak saja seperti yang tertuang secara literal, melainkan juga ayat dapat bermakna secara tersirat, walaupun untuk itu tidak dapat mengabaikan konteks. Oleh karena itu, untuk menjawab diperbolehkan atau tidak, orang percaya mengkonsumsi rokok berdasarkan Alkitab, terlebih dahulu perlu diketahui dampak yang diakibatkan oleh rokok.
1. Berhala
Rokok memiliki daya ikat (baca:kecanduan) yang membuat seorang perokok diperbudak olehnya, yang mengharuskannya untuk terus mengkonsumsi rokok. Keterikatan terhadap rokok nampak pada saat tidak merokok dalam waktu tertentu, dan ketagihan yang menuntutnya untuk merokok ditandai dengan kepalanya akan merasa pusing, mulut masam, perasaan gelisah, sulit untuk berpikir atau tidak bisa konsentrasi, dst. Bahkan ada yang lebih baik tidak makan, namun ia tetap bisa merokok. Kondisi semacam itu tentu saja merupakan keterikatan yang secara psikologis adalah tidak baik. Keterikatan yang demikian membuatnya ia telah diperbudak, dan rokok telah menjadi berhala baginya. Kalau firman Tuhan memerintahkan tidak boleh menjadi “hamba uang” (Ibrani. 13:5), sama artinya kita tidak boleh menjadi “hamba rokok”.
Ingat, “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” (Efesus 2:10).
2. Merusak
Kandungan racun yang terdapat dalam rokok, secara medis berakibat buruk terhadap kesehatan, ada banyak kerusakan yang ditimbulkannya. Diantaranya ada beberapa yang ditulis di kemasan bungkus rokok yaitu: kanker, serangan jantung, kerusakan paru-paru, impotensi, gangguan kehamilan dan janin.
Ingat, ”Tubuh orang percaya telah dibeli oleh Yesus Kristus dan menjadi rumah Roh Kudus, karena itu barang siapa yang merusak tubuh akan dibinasakan oleh Allah.” (1 Korintus 3;16).
3. Tindakan bunuh diri
Dengan kandungan zat yang memiliki daya perusak dalam rokok, tentu saja dapat mempersingkat usia organ tubuh, dan hal itu sama saja melakukan bunuh diri secara perlahan-lahan (eutanasia).
Ingat, ”Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar, karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu.” (1 Korintus 6:20).
4. Perbuatan tidak baik
Merokok tidak saja merugikan diri sendiri, melainkan secara tidak langsung mendatangkan kerugian terhadap orang lain juga. Sebab selain mencemari lingkungan, ternyata orang yang menghirup asap yang dikeluarkan oleh orang yang merokok lebih berbahaya (perokok pasif). Tentu saja tindakan seperti itu tidaklah terpuji, dan tidak pantas untuk ditiru.
Ingat, “Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.” (Yakobus 4:17).
5. Egois
Kenikmatan yang diperoleh saat merokok dengan merugikan orang lain seperti tersebut di atas, merupakan perbuatan yang mementingkan diri sendiri (egois). Seorang ayah yang sementara menikmati rokok, dan anaknya yang berumur 10 tahun mengikuti apa yang dilakukannya, ia berusaha keras melarang apa yang dilakukan anaknya dengan berbagai dalih. Kalau merokok sebagai tindakan yang benar dan enak untuk dikosumsi, upaya melarang agar anaknya tidak merokok merupakan sikap yang egois.
Ingat, “Dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.” (Filipi 2:4).
6. Membeli masalah
Sudah jelas pada kemasan bungkus rokok dicantumkan akibat buruk dari rokok (padahal belum semua dicantumkan), dengan membeli rokok itu artinya sama saja membeli masalah. Membeli racun yang kemudian dimasukan kedalam tubuh, dan setelah mengalami kerusakan sehingga mengalami sakit, maka harus dikeluarkan dana lagi untuk biaya pengobatan. Padahal ada banyak yang lebih penting yang membutuhkan dana, dari pada untuk membeli racun yang dikonsumsi dan biaya pengobatannya.
Ingat, “Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baik (tentu bukan rokok) dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat” (Yesaya 55:2).
7. Contoh yang buruk
Dengan keenam hal di atas seorang perokok telah menjadi contoh yang tidak baik, tidak saja bagi anak-anaknya bahkan bagi orang lain juga.
Ingat, “Barang siapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut.” (Markus 9:42).
Para perokok berusaha membuat pembelaan diri untuk mendukung tindakannya, sebagai cara untuk melindungi diri dari ketidakmampuannya melepaskan belenggu rokok yang memperbudaknya. Sementara para mantan perokok menyatakan, bersyukur dimana dirinya telah dapat terlepas dari ikatan rokok, yang menjadikannya hidup lebih sehat, tidak menderita, dan memiliki kebebasan untuk melayani Tuhan. Seorang perokok yang ingin berhenti dari kebiasaannya, terlebih dahulu harus mengakui bahwa merokok merupakan tindakan yang tidak benar. Selanjutkan bulatkan tekad dengan menyatakan “saya harus berhenti merokok, sebelum rokok menghentikan saya!”. Meyakini Tuhan menolong dengan memberikan kekuatan untuk lepas dari diperbudak rokok. Terakhir, programkan langkah-langkah konkrit untuk mengatasi kebiasaan merokok, dan mengkondisikan hidup sehat. Oleh sebab hidup sehat merupakan kehendak Allah, yang harus diupayakan dengan disiplin dan konsisten.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar