1. Martin Luther
Martin Luther (lahir di Eisleben, Kekaisaran Romawi Suci, 10 November 1483 – meninggal di Eisleben, Kekaisaran Romawi Suci, 18 Februari 1546 pada umur 62 tahun) adalah seorang pastur Jerman dan ahli teologi Kristen dan pendiri Gereja Lutheran, gereja Protestan, pecahan dari Katolik Roma. Dia merupakan tokoh terkemuka bagi Reformasi. Ajaran-ajarannya tidak hanya mengilhami gerakan Reformasi, namun juga memengaruhi doktrin, dan budaya Lutheran serta tradisi Protestan. Seruan Luther kepada Gereja agar kembali kepada ajaran-ajaran Alkitab telah melahirkan tradisi baru dalam agama Kristen. Gerakan pembaruannya mengakibatkan perubahan radikal juga di lingkungan Gereja Katolik Roma dalam bentuk Reformasi Katolik. Sumbangan-sumbangan Luther terhadap peradaban Barat jauh melampaui kehidupan Gereja Kristen. Terjemahan Alkitabnya telah ikut mengembangkan versi standar bahasa Jerman dan menambahkan sejumlah prinsip dalam seni penerjemahan. Nyanyian rohani yang diciptakannya mengilhami perkembangan nyanyian jemaat dalam Gereja Kristen. Pernikahannya pada 13 Juni 1525 dengan Katharina von Boramenimbulkan gerakan pernikahan pendeta di kalangan banyak tradisi Kristen.
Disiplin yang sangat ketat untuk mendapatkan gelar-gelar akademik dan mempersiapkan kuliah-kuliah, mendorong Martin Luther untuk mempelajari Kitab Suci secara mendalam. Karena terpengaruh oleh seruan Humanisme ad fontes ("kembali ke sumbernya"), Luther menenggelamkan dirinya dalam mempelajari Alkitab dan Gereja perdana. Dengan segera istilah-istilah seperti penyesalan dan pembenaran mendapatkan makna yang baru bagi Luther. Ia menjadi yakin bahwa Gereja telah keliru dalam beberapa kebenaran sentral dari Kekristenan yang diajarkan dalam Kitab Suci -- yang terpenting di antaranya adalah doktrin tentang pembenaran oleh iman semata. Luther mulai mengajarkan bahwa keselamatan sepenuhnya adalah pemberian dari anugerah Allah melalui Kristus yang diterima oleh iman.
Edwards adalah pembela ajaran Calvinis melalui khotbah-khotbah yang dikemukakannya. Tanpa ia sadari, hal itu mengakibatkan jemaatnya ikut bangkit. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan nama The Great Awakening (Kebangunan Rohani Besar), yang meluas pada seluruh gereja di Amerika Utara.
Edwards menerima ide tentang kehendak bebas secara sangat terbatas, dengan pengertian manusia bebas berlaku menurut kehendak mereka masing-masing.
Pada tahun 1734, Edwards mewartakan pesan Calvinis tentang kebenaran atas dasar iman dengan gencar. Akibatnya, dalam waktu setahun hampir seluruh penduduk dewasa di Massachusetts, Northampton menjadi Kristen.
Pada tahun berikutnya ia pergi ke Stockbridge sebagai penginjil bagi orang Indian. Pada tahun 1757 ia menerima undangan menjadi rektor New Jersey College (sekarang Princenton University) dan ia menerimanya. Tidak lama setelah itu Edwards meninggal karena cacar pada 1758, akibat suntikan anti cacar yang diterimanya ketika wabah penyakit itu melanda tempat pelayanannya.
Edwards adalah pembela dan sekaligus pengkritik kebangunan rohani di zamannya. Hal ini terlihat dari khotbahnya yang terkenal, Sinners in The Hand of an Angry God (Orang-orang Berdosa di Tangan Allah yang Murka), yang menekankan secara khusus tentang murka Allah, sehingga menyebabkan kebangunan rohani. Ia dikenal sebagai pejuang yang tidak kenal mundur terhadap Arminianisme, karena tetap gencar mengemukakan ajaran Calvinis.
Edwards pernah disebut filsuf Amerika terbesar karena karya Freedom of Willnya. Ia juga adalah bapak teologi New England.
4. Thomas Aquinas
Thomas Aquinas (1225-1274) adalah seorang filsuf dan teolog dari Italia yang sangat berpengaruh pada abad pertengahan. Karya Thomas Aquinas yang terkenal adalah Summa Theologiae (1273), yaitu sebuah buku yang merupakan sintesis dari filsafat Aristoteles dan ajaran Gereja Kristen. Pada tahun 1879, ajaran-ajarannya dijadikan sebagai ajaran yang sah dalam Gereja Katolik Roma oleh Paus Leo XIII. Thomas Aquinas juga disebut Thomas dari Aquino (bahasa Italia: Tommaso d’Aquino).
5. Karl Barth
Dalam tafsirannya atas Surat Roma (bahasa Jerman: Römerbrief; khususnya dalam edisi kedua yang ditulis ulang pada 1922) Barth berpendapat bahwa Allah yang dinyatakan pada salib Yesusmenantang dan menggulingkan upaya apapun yang berusaha mempersekutukan Allah dengan budaya manusia, keberhasilan, ataupun harta miliknya. Banyak teolog yang percaya bahwa karya ini merupakan risalat teologis yang paling penting sejak buku Friedrich Schleiermacher On Religion: Speeches to its Cultured Despisers (Tentang Agama: Pidato kepada Para Pencemoohnya yang Beradab).
Pada dekade setelah Perang Dunia I, Barth terkait dengan sejumlah teolog lainnya, yang sesungguhnya sangat berbeda-beda pandangannya, yang bereaksi terhadap liberalisme guru-gurunya, dalam sebuah gerakan yang dikenal sebagai "Teologi Dialektis" (bahasa Jerman: Dialektische Theologie). Para anggota lain dari gerakan ini termasuk Rudolf Bultmann, Eduard Thurneysen, Emil Brunner, dan Friedrich Gogarten.
Teologi Barth menemukan ungkapannya yang paling kuat dan meyakinkan melalui magnum opusnya (karya besar) yang terdiri dari 13 jilid, yaitu Dogmatika Gereja (bahasa Jerman: "Die Kirchliche Dogmatik"). Rangkaian tulisan ini dianggap sebagai salah satu karya teologis yang terpenting dari segala zaman. "Dogmatika Gereja" merupakan puncak dari keberhasilan Barth sebagai seorang teolog. Barth mulai menulis Dogmatika itu pada 1932, dan terus mengerjakannya hingga ajalnya pada 1968, ketika panjangnya sudah mencapai 6 juta kata. Karya yang sangat kontekstual ini ditulis secara kronologis, dimulai dengan Vol. I.1, dan membahas masalah-masalah politik serta pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh mahasiswa-mahasiswanya setelah kuliah. Barth menjelajahi seluruh doktrin Kristen, dan apabila perlu menantang dan menafsirkannya kembali sehingga setiap bagian daripadanya menunjuk kepada tantangan yang radikal dari Yesus Kristus, dan ketidakmungkinan untuk mempertautkan Allah dengan budaya, keberhasilan, atau harta kekayaan manusia. Buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh T. F. Torrance dan G. W. Bromiley.
6. John dan Charles Wesley
Gereja Methodis berkembang dari Gereja Anglikan di Inggris. Karena Indonesia tidak banyak mendapatkan pengaruh Inggris, maka Gereja Methodis di Indonesia pun tidak begitu besar. Lain halnya dengan negara-negara lain yang pernah menjadi wilayah kekuasaan Inggris, Gereja Methodis umumnya berkembang cukup besar.
Secara teologis, Gereja Methodis mengikuti garis teologi yang dikembangkan oleh John Wesley yang mengikuti pandangan Arminian (Jacobus Arminius) dalam hal Urutan Proses Keselamatan (Ordo Salutis). Oleh pihak Calvinis, Arminian sering secara sengaja ataupun tidak sengaja dituduh sebagai pengikut Pelagius yang ditentang habis-habisan oleh Augustinus dari Hippo. Pelagius mengatakan bahwa manusia memiliki kehendak bebas, artinya manusia mampu menentukan sendiri keputusan-keputusan yang diambilnya, sementara Augustinus mengatakan bahwa manusia tidak mampu mengambil keputusannya sendiri, melainkan hanya berdasarkan karunia Allah semata. Pelagius juga berpendapat bahwa setelah jatuh dalam dosa, manusia masih cenderung baik dan bisa menyelamatkan diri dengan perbuatan baik. Arminius (dan Wesley) berbeda dengan Pelagius karena mereka berpendapat bahwa setelah Kejatuhan, manusia cenderung berdosa dan hanya bisa diselamatkan karena karunia Allah semata.
Bedanya Arminian dan Calvinis adalah tentang kebebasan manusia dalam menerima karunia keselamatan. Calvinis percaya bahwa manusia tidak punya kehendak bebas dalam hal ini, jadi kalau Tuhan mau menyelamatkan seseorang, orang itu tidak bisa menolak. Arminian percaya bahwa Tuhan mau menyelamatkan semua orang dan memberi kebebasan untuk menerima atau menolak keselamatan kepada manusia.
7. Soren Kierkegaard
Søren Aabye Kierkegaard (5 Mei 1813-11 November 1855) adalah seorang filsuf dan teolog abad ke-19 yang berasal dari Denmark. Kierkegaard sendiri melihat dirinya sebagai seseorang yang religius dan seorang anti-filsuf, tetapi sekarang ia dianggap sebagai bapaknya filsafateksistensialisme. Kierkegaard menjembatani jurang yang ada antara filsafat Hegelian dan apa yang kemudian menjadi Eksistensialisme. Kierkegaard terutama adalah seorang kritikus Hegel pada masanya dan apa yang dilihatnya sebagai formalitas hampa dari Gereja Denmark. Filsafatnya merupakan sebuah reaksi terhadap dialektik Hegel.
Banyak dari karya-karya Kierkegaard membahas masalah-masalah agama seperti misalnya hakikat iman, lembaga Gereja Kristen, etika dan teologi Kristen, dan emosi serta perasaan individu ketika diperhadapkan dengan pilihan-pilihan eksistensial. Karena itu, karya Kierkegaard kadang-kadang digambarkan sebagai eksistensialisme Kristen dan psikologi eksistensial. Karena ia menulis kebanyakan karya awalnya dengan menggunakan berbagai nama samaran, yang seringkali mengomentari dan mengkritik karya-karyanya yang lain yang ditulis dengan menggunakan nama samaran lain, sangatlah sulit untuk membedakan antara apa yang benar-benar diyakini oleh Kierkegaard dengan apa yang dikemukakannya sebagai argumen dari posisi seorang pseudo-pengarang. Ludwig Wittgenstein berpendapat bahwa Kierkegaard "sejauh ini, adalah pemikir yang paling mendalam dari abad ke-19"
8. Agustinus dari Hippo
Aurelius Agustinus, Agustinus Hippo ("Yang tahu banyak") (lahir 13 November 354 – meninggal 28 Agustus 430 pada umur 75 tahun) adalah seorang santo dan Doktor Gereja yang terkenal menurut Katolik Roma. Ia diakui sebagai salah satu tokoh terpenting dalam perkembangan Kekristenan Barat. Dalam Gereja Ortodoks Timur, yang tidak menerima semua ajarannya, dia biasanya dipanggil "Augustinus Terberkati". Banyak orang Protestan juga menganggap dia sebagai salah satu sumber pemikiran teologis ajaran Reformasi tentang keselamatan dan anugerah. Martin Luther, tokoh gerakan Reformasi, banyak dipengaruhi oleh Agustinus (Luther dilatih sebagai biarawan Augustinian), dan dalam fokus umum Protestanisme, mengikuti Agustinus, dalam dosa asal yang menuntun ke penilaian pesimis dari sebab dan aksi manusia terpisah dari Tuhan.
9. Yakobus Arminius
Alirannya sempat disebut sebagai aliran Arminianisme. Ajaran ini menekankan pada tanggung jawab manusia (human responsibility). Allah tidak memaksakan manusia untuk diselamatkan. Orang yang sudah diselamatkan, bisa saja jatuh ke dalam kemurtadan kecuali bila ia bertobat. Kalau tidak, dia akan kehilangan keselamatannya. Pandangan ini menggunakan ayat-ayat pendukung sbb: I Sam 25:1-44; Mat 7:24; Yoh 3:30; I Kor 9:27; Ibrani 4:1, 6:1-6, 10:23-29; I Petrus 5:8; II Petrus 2:20 dsb).
Ajaran ini dianut oleh gereja-gereja pantekosta, karismatik dsb. Efek positif ajaran ini adalah gencarnya misi/penginjilan yang dilakukan kalangan ini. Karena mereka termotivasi untuk mencari dan menyelamatkan orang lain. Setiap orang yg di luar Kristus, dipandang sebagai “orang yg terhilang” dan karenanya perlu mendengar berita keselamatan.
10. William Booth
Aliran Bala Keselamatan ini dimulai oleh William Booth, seorang pendeta Gereja Metodis. Booth dilahirkan di Nottingham, Inggris pada tahun 1829 dalam sebuah keluarga kontraktor bangunan kecil yang jatuh bangkrut. Karena itulah sejak kecil ia terpaksa harus ikut menopang keuangan keluarganya. Pada usia 13 tahun ia dikirim untuk magang di sebuah pegadaian. Booth tidak menyukai pekerjaan ini, dan karena itu seringkali murung dan kesepian. Hiburan satu-satunya adalah agama. Namun dalam pekerjaan itu pula ia memperoleh pengalaman dan kesadaran tentang arti kemiskinan yang dialami banyak orang. Booth yang muda juga sadar betapa orang-orang miskin ini seringkali mengalami penghinaan dan nista dari orang-orang lain. Pada usia remajanya itu pula Booth menjadi Kristen dan seringkali berusaha mengajak orang-orang lain untuk menjadi Kristen juga.
Teologi Bala Keselamatan didasarkan pada dua pokok pemikiran: (1) bahwa pertobatan adalah sesuatu yang mutlak dalam kehidupan orang Kristen. Orang harus percaya bahwa ia dilahirkan dalam kuasa dosa warisan dan kelepasan hanya bisa diperoleh dengan menerima anugerah Kristus padasalib; (2) setelah pertobatan orang cenderung tetap berdosa, tetapi Allah menawarkan kesempurnaan di dalam anugerah-Nya. Melalui anugerah itu, kasih Allah bagi manusia dan kasih manusia terhadap Allah membersihkan sisa-sisa keakuan dan kesombongannya.
Teologi revivalis (kebangunan rohani) yang berkembang di Amerika Serikat juga sangat memengaruhi William Booth dan Catherine. Itulah sebabnya, sejak awal mereka telah merencanakan untuk mengembangkan sayap organisasi mereka ke Amerika Serikat. Mereka yakin bahwa cara khotbah mereka akan lebih diterima di sana daripada di Inggris, di mana orang cenderung menolak bentuk-bentuk Kekristenan yang berbeda. Bala Keselamatan berusaha menciptakan suasana Kristen yang tidak terlalu "menggereja" karena mereka merasa bahwa suasana seperti itu tidak akan membuat orang-orang yang tidak terbiasa ke gereja betah. Gereja adalah untuk orang-orang kelas menengah yang formal dan sok, sementara misi Bala Keselamatan ditujukan kepada kaum buruh dengan masalah-masalah mereka yang riil sehari-hari. Semangat untuk tidak "menggereja" ini telah menyebabkan Bala Keselamatan tidak mempraktikkan sakramen, yakni baptisan dan perjamuan kudus. Bagi mereka, baptisan cukup dilambangkan dengan janji yang sungguh-sungguh dihadapan Tuhan. Sementara perjamuan kudus tidak diselenggarakan karena kekuatiran bahwa hal itu akan menimbulkan keinginan untuk minum-minum di antara mereka yang telah meninggalkan alkohol.
11. Ellen G. White
Ellen Gould White (nama lahir: Ellen Gould Harmon) (lahir tanggal November 26, 1827 - meninggal tanggal 16 Juli 1915) adalah seorang penulisdan seorang tokoh kristen di Amerika. Dia, bersama dengan Joseph Bates dan James S. White membentuk organisasi keagamaan yang sekarang dikenal sebagai Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh.
Ellen White diyakini oleh para pengikutnya memperoleh ilham atau wahyu dari Tuhan. James White dan pelopor Gereja Advent lainnya, menafsirkan ilham itu sebagai manifestasi karunia nubuat sebagaimana dimaksud dalam Wahyu 12:17; 19:10 yang menyatakan bahwa kesaksian Yesus Kristus sebagai "roh nubuat". Karyanya serial Conflict of the Ages memaparkan campur tangan Allah dalam sejarah dunia dari penciptaan hingga akhir zaman. Konflik kosmis antara Allah dan Setan yang ditampilkan dalam serial buku itu, dikenal sebagai "Great Controversy theme", yang menjadi landasan ajaran Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh.
Ellen White dianggap sebagai sosok yang kontroversial. Pengakuannya pemperoleh ilham dari Tuhan dan penggunaan sumber-sumber lain dalam tulisan-tulisannya menuai kontroversi. Dia menerima ilham pertamanya segera setelah Kekecewaan Besar Millerite. Sejarawan Randall Balmer menggambarkan White sebagai "salah satu tokoh yang sangat penting dalam sejarah keagamaan di Amerika." Walter Martin menggambarkan dirinya sebagai "salah satu tokoh yang paling menarik dan kontroversial yang pernah ada dalam cakrawala sejarah keagamaan .
12. Fransiskus dari Assisi
Santo Fransiskus dari Assisi atau Asisi (lahir di Assisi, Italia, 5 Juli 1182; meninggal di sana pada 3 Oktober 1226) mendirikan Ordo Fransiskan atau "Friars Minor". Dia adalah santo pelindung hewan, pedagang, dan lingkungan.
11. John Knox
John Knox adalah salah seorang tokoh yang memengaruhi gerakan reformasi di Skotlandia.[1][2] Ia merupakan salah satu murid Calvin di Jenewa, sehingga pengaruh teologi Calvinis sangat kental dalam dirinya.[1] Menurut Knox, kekristenan dan kemerdekaan nasional harus dapat ditemukan bersama, karena keduanya merupakan suatu pergumulan yang dapat diselesaikan bersama.
John Knox lahir sekitar tahun 1513 di Haddington, tidak jauh dari Edinburgh.[4][3][5] Ia belajar di Universitas St. Andrews lalu ditahbiskan menjadi imam Katolik tahun 1536dan menjadi seorang notaris kepausan tahun 1540.[2] Perpindahannya menjadi seorang protestan, menjadi sebuah misteri yang terselubung.[2]
Setelah terlibat dalam Reformasi Skotlandia sebagai pengkhotbah dan pengajar, kematian Edward VI tahun 1553 dan penobatan Mary I (seorang Katolik yang saleh), mendorong Knox meninggalkan Britania menuju ke Eropa.[2] Ia pernah tinggal di Inggris pada bagian akhir pemerintahan Edward VI dan ikut dalam tahap-tahap terakhir penyelesaian Book of Common Prayer dari Cranmer pada 1552, serta pernah menjadi gembala jemaat Inggris dalam pelarian di Frankfurt (tempat ia terlibat pertikaian).[5]Kemudian Knox memulai perjalanannya ke Prancis menjadi budak kapal selama sembilan belas bulan, baru kemudian ke Genewa.[2] Di sana ia belajar di bawah bimbingan Calvin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar