Rabu, 10 April 2013

Peran Sang Pendeta sebagai Ayah terhadap keluarganya (Contoh Kasus: Matthew Warren, Putra Rick Warren Meninggal Bunuh Diri)


Los Angeles, 5 April 2013 - Matthew Warren (27 tahun), anak bungsu pendeta terkenal Amerika Serikat, Rick Warren, ditemukan meninggal pada Jumat (5/4) malam waktu setempat (Reuters).
TRAGEDI ANAK RICK WARREN
Menurut keterangan pihak yang berwenang, Matthew bunuh diri di kediamannya di Mission Viejo, California dengan menembakkan diri.  Pihak Gereja Saddleback (Gereja Saddleback Valley Community), dimana ayahnya melayani,segera mengeluarkan pernyataan tertulis bahwa Matthew mengakhiri hidupnya sendiri akibat kesedihan yang mendalam. "Hanya mereka yang cukup dekat dengannya yang boleh tahu bahwa sejak kecil dia sudah mengidap gangguan jiwa, depresi berat, juga pikiran untuk bunuh diri," tulis Rick sebagaimana dilansir AFP.Meski sudah mendapat perawatan dan berbagai cara, gangguan mentalnya tidak bisa disembuhkan."Doktor terbaik AS, tim medis, doa dan konseling, semua tak mampu meniadakan siksaan gangguan jiwanya," kata Rick, pendiri dan pendeta senior dari delapan Gereja terbesar di Amerika Serikat. "Matthew adalah orang yang sangat baik, lemah lembut, dan penuh perhatian.Namun, dia juga mengalami gangguan mental akibat depresi dan kerap ingin bunuh diri.Meski telah mendapatkan perawatan medis, sakit emosional yang dialaminya membuat dia memutuskan untuk bunuh diri," demikian pernyataan dari megachurch yang berlokasi di Lake Forest, California itu.
Pastor Rick sendiri menyatakan kesedihan mendalamnya terhadap anak bungsunya yang masih muda tersebut."Tidak ada kata yang dapat mengungkapkan betapa sedihnya situasi yang saya rasakan saat ini.Anak bungsu kami, Matthew berumur 27 tahun dan merupakan anggota seumur hidup Saddleback, meninggal hari ini,”kata Rick."Aku tidak akan pernah lupa bagaimana, bertahun-tahun yang lalu, setelah pengobatan gagal untuk memberikan bantuan, Matthew berkata," Ayah, aku tahu aku akan ke surga. Kenapa aku tidak bisa mati dan mengakhiri rasa sakit ini? Tapi dia terus berjuang hidup selama satu dekade lebih," Kenang Warren.
KARIER RICK WARREN
Kesuksesan pelayanan Pendeta Rick Warren sudah tidak bisa dipungkiri. Sejak terpanggil melayani pada usianya 19 tahun, telah banyak perjalanan dan dampak yang dibuat Rick Warren. Gereja (Baptis) Saddleback  yang telah dirintis bersama istrinya, Kay, mulai dengan satu keluarga di selatan Los Angeles, tahun 1980, kini merupakan salah satu dari delapan gereja terbesar di Amerika, dimana jemaat aktifnya 20.000 pengunjung dan lebih dari 50.000 nama terdaftar dalam daftar hadir gereja.

Kemudian Warren menjadi terkenal karena buku yang ditulisnya,The Purpose Driven Life yang telah terjual lebih dari 30 juta kopi sehingga pernah bertengger di posisi nomor satu di harian New York Times sebagai buku paling laku untuk kategori nonfiksi selama 111 minggu. Suatu buku panduan para pendeta dan pemimpin Kristen di seluruh dunia, dimana isinya merupakan refleksi iman Warren tentang lima prinsip Alkitab untuk menjalani suatu kehidupan yang utuh : penyembahan, persekutuan, pemuridan, pelayanan dan penginjilan. Karena keberhasilan penjualan bukunya, pada tahun 2005 Warren mengembalikan gaji yang telah 25 tahun diterimanya ke gereja dan menghentikan pengambilan gaji. Ia mengatakan ia dan istrinya memberi perpuluhan dengan cara terbalik. Jika biasanya orang hidup dari 90% gajinya dan mengembalikan yang 10% kepada Tuhan. Rick memutuskan untuk mengembalikan 90% kepada Tuhan dan hidup dengan 10% dari penghasilannya. (Red : Wow hal yang patut dicontoh nih…).
Rick Warren telah diundang untuk berbicara pada forum nasional dan internasional, termasuk PBB. Sehingga tahun 2005 dinobatkan sebagai ‘America’s Top 25 Leaders’ (25 pemimpin Top Amerika).
Namanya menjadi menarik perhatian dunia pada 2009 ketika dia dipilih untuk membacakan doa dalam upacara pelantikan Barack Obama sebagai Presiden AS.
KEHIDUPAN RICK WARREN
Rick Warren menikah dengan Elizabeth K. Warren (Kay Warren) tahun 1978 dan memiliki 3 orang anak yang telah dewasa (Amy, Josh dan Matthew) dan empat orang cucu. Ia menyebutkan Billy Graham, Peter Drucker dan ayahnya sendiri sebagai mentor rohaninya.
Walaupun Rick Warren adalah pendeta terkenal, namun sebagai manusia, Rick Warrenpun tentu mengalami banyak problem dalam rumah tangganya. Itulah sebabnya Pendeta Rick Warren dan istrinya, Kay, bersama dengan puluhan pasangan lain memperbaharui janji pernikahan mereka di hadapan jemaat gereja Saddleback pada hari minggu pada 27 Juni 2010 yang lalu.
"Kita hidup di dunia yang rusak dan karena tidak satupun dari kita yang sempurna, tidak ada juga pernikahan yang sempurna," kata Warren."Setiap pernikahan rusak. Anda tidak dapat mengambil dua orang yang tidak sempurna dan membuat sebuah pernikahan yang sempurna."
Warren baru saja merayakan ulang tahun pernikahannya yang ke-35. Pernikahannya dengan istrinya, Kay, tidak selalu berjalan mulus. Buku biografi Prophet of Purpose: The Life of Rick Warren yang ditulis oleh Jeffery L. Sheler, mengungkapkan bahwa pasangan ini kerap kali mengalami kesalahpahaman dan masalah perkawinan lainnya pada awal pernikahan mereka bahkan harus diselesaikan melalui lembaga konseling gereja. "Setiap pernikahan pasti melewati perairan kasar," kata Warren. Siapa pun yang mengatakan mereka memiliki pernikahan yang sempurna, tambahnya, adalah bohong. "Sangat penting bagi Anda untuk secara berkala memperbaharui komitmen Anda dan ingat janji Anda yang pernah Anda lakukan bertahun-tahun atau berpuluh-puluh tahun yang lalu."

PANDANGAN
Ada banyak yang kemudian menghakimi Rick Warren sebagai Pendeta yang tidak peduli dengan keluarganya.
Ada satu hal yang harus kita pelajari, bahwa kita tidak akan mungkin mampu mengubah manusia manapun. Keputusan bunuh diri Matthew murni keputusannya sendiri. Namun hal itu bukan berarti bahwa Rick tidak melakukan pembinaan.
Saya sebenarnya tidak ada intensi untuk membela Rick Warren, karena sesungguhnya saya pun belum pernah membaca bukunya sekalipun.
Tapi kejadian ini pernah terjadi pada keluarga William Carey, ketika dia lebih memilih untuk tetap mengikuti perintah Tuhan untuk menginjil di India yang mengakibatkan istri dan anaknya meninggal karena penyakit di India.
Dilema yang terjadi adalah: setiap apa yang terjadi pada keluarga pendeta harus ditanggung oleh Pendeta itu sendiri. Ada banyak anak pendeta yang hidupnya hancur, dan sebagai seorang pemimpin rohani, maka biasanya Pendeta tersebut akan menjadi sasaran empuk untuk diserang.

Saya sendiri memilih untuk tidak menyerang siapapun dan justru memilih bersikap empati dengan menempatkan posisi saya sebagai Pendeta tersebut. Karena saat ini, bukan hanya anak dr Rick yang menjadi korban, Rick Warrenpun menjadi korban dari serangan terhadap pribadi dan gerejanya.

3 komentar:

Unknown mengatakan...

Love your view on this. And you should read his book. It's pretty awesome. Hehe.

Blogger mengatakan...

Thanks Audrey..

Anonim mengatakan...

Kesaksian yang menghidupkan, kita harus terus mencari Tuhan apapun kondisinya, pendapat manusia tidaklah penting. Apa yang TUHAN lihat pada kita itulah yang terpenting..kiranya asa kasih karunia TUHAN terus menguatkan Pdt. Rick Warren