Banyak orang menduga, bahwa hari lahir Yesus ini diambil dari kebiasaan orang kafir penyembah dewa matahari, karena tanggal 25 Desember itu adalah hari lahirnya dewa matahari. Maka dari itulah ada beberapa aliran Kristen yang "pantang" bahkan menganggap haram untuk merayakan tradisi Natal, sebagai contoh aliran Advent dan Gereja Baptis garis keras.
MENURUT SEJARAH
Tanggal kelahiran Tuhan Yesus tidak tercantum di Alkitab, bahkan baru 300 tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 25 Desember itu ditentukan secara resmi sebagai hari lahir Tuhan Yesus oleh Paus Julius I (Bishop Roma 337-352).
Jadi orang-orang Kristen sebelumnya tidak pernah merayakan hari Natal seperti orang Kristen jaman sekarang! Kata Natal itu sendiri diserap dari bahasa Portugis yang berarti kelahiran. Atau dari bahasa Latin (Natus)
Menurut perhitungan kalender yang digunakan oleh kita pada saat ini, Tuhan Yesus dilahirkan di Bethlehem pada 2006 tahun yang lampau. Tahun kalender kita ini diciptakan pada abad keenam oleh seorang Biarawan yang bernama Dionysius Exignus. Tahun Masehi yang kita gunakan sekarang ini disebut juga "anno Domini" = Tahunnya dari Tuhan.
Bagaimana ia bisa mengetahui bahwa Tuhan Yesus dilahirkan pada tahun 1 SM? Ia mengambil data dari catatan sejarah yang menyatakan bahwa pada tahun 754 kalender Rumawi itu adalah tahun ke-15 dari pemerintahan Kaisar Tiberius seperti yang tercantum di Lukas 3:1-2. Data inilah yang dijadikan patokan olehnya untuk mengawali tahun 1 SM.
Selain itu ia juga mengambil data dari Lukas 2:1-2 yang menyatakan bahwa Kirenius (Gubenur dari Siria) pertama kali menjalankan program sensus.
Walaupun demikian masih juga orang yang meragukannya, sebab menurut sejarahwan Yahudi yang bernama Flavius Josephus, raja Herodes meninggal dunia pada tahun empat sebelum Masehi yang menyebabkan tanggal lahirnya Tuhan Yesus harus dimundurkan sebanyak empat tahun. Ini pun tidak benar sebab ia menganalisa tahun tersebut berdasaran adanya gerhana bulan pada tahun saat Herodes meninggal dunia yang terjadi di Yerusalem pada tanggal 13 Maret tahun keempat sebelum Masehi, tetapi para ilmuwan sekarang telah membuktikan bahwa gerhana bulan tersebut terjadi bukan pada tanggal tersebut di atas, melainkan pada tanggal 9 Januari tahun 1 SM.
Jadi orang-orang Kristen sebelumnya tidak pernah merayakan hari Natal seperti orang Kristen jaman sekarang! Kata Natal itu sendiri diserap dari bahasa Portugis yang berarti kelahiran. Atau dari bahasa Latin (Natus)
Menurut perhitungan kalender yang digunakan oleh kita pada saat ini, Tuhan Yesus dilahirkan di Bethlehem pada 2006 tahun yang lampau. Tahun kalender kita ini diciptakan pada abad keenam oleh seorang Biarawan yang bernama Dionysius Exignus. Tahun Masehi yang kita gunakan sekarang ini disebut juga "anno Domini" = Tahunnya dari Tuhan.
Bagaimana ia bisa mengetahui bahwa Tuhan Yesus dilahirkan pada tahun 1 SM? Ia mengambil data dari catatan sejarah yang menyatakan bahwa pada tahun 754 kalender Rumawi itu adalah tahun ke-15 dari pemerintahan Kaisar Tiberius seperti yang tercantum di Lukas 3:1-2. Data inilah yang dijadikan patokan olehnya untuk mengawali tahun 1 SM.
Selain itu ia juga mengambil data dari Lukas 2:1-2 yang menyatakan bahwa Kirenius (Gubenur dari Siria) pertama kali menjalankan program sensus.
Walaupun demikian masih juga orang yang meragukannya, sebab menurut sejarahwan Yahudi yang bernama Flavius Josephus, raja Herodes meninggal dunia pada tahun empat sebelum Masehi yang menyebabkan tanggal lahirnya Tuhan Yesus harus dimundurkan sebanyak empat tahun. Ini pun tidak benar sebab ia menganalisa tahun tersebut berdasaran adanya gerhana bulan pada tahun saat Herodes meninggal dunia yang terjadi di Yerusalem pada tanggal 13 Maret tahun keempat sebelum Masehi, tetapi para ilmuwan sekarang telah membuktikan bahwa gerhana bulan tersebut terjadi bukan pada tanggal tersebut di atas, melainkan pada tanggal 9 Januari tahun 1 SM.
Sudah bisa dipastikan tanggal 25 Desember itu bukanlah tanggal hari kelahiran Tuhan Yesus. Pendapat ini diperkuat berdasarkan kenyataan bahwa pada malam tersebut para gembala masih menjaga dombanya di padang rumput. (Lukas 2:8)
Pada bulan Desember tidak mungkin para gembala masih bisa menjaga domba-dombanya di padang rumput sebab musim dingin pada saat tersebut telah tiba, jadi sudah tidak ada rumput yang tumbuh lagi.
Selain itu tidak mungkin pula Kaisar menyuruh penduduknya untuk jalan begitu jauh (karena dulu belum ada mobil) untuk menjalankan program sensus di musim dingin yang sudah banyak turun salju.
Pada sekitar tahun 320, Kaisar Kristen Romawi Konstantin memerintahkan gereja untuk mengambil tanggal 25 Desember sebagai hari lahir Tuhan Yesus, sebab pada tanggal tersebut adalah hari raya kaum kafir para penyembah Dewa Matahari yang dinamakan Saturnalia.
Namun pandangan ini disanggah oleh Gereja Ritus Timur, karena Gereja Ritus Timur sudah merayakan kelahiran Yesus sejak abad ke-2, sebelum Gereja di Roma menyatakan perayaan Natal pada tanggal 25 Desember. Jadi jelas sekali pernyataan bahwa tanggal 25 Desember diambil dari perayaan Dewa Matahari tidak sepenuhnya benar dan saya juga yakin pendapat itu tidak sepenuhnya salah, namun mau benar atau salah, itu bukan jadi masalah.
Pandangan lainnya mengenai tanggal kelahiran Yesus
1. Yesus lahir tanggal 14 Maret SM?
Ralph O. Muncaster, pendeta gereja Saddleback dalam bukunya ‘What Really Happenned Christmas Morning’ menolak pendapat bahwa Yesus lahir pada tahun 1 Masehi dengan merujuk kepada pendapat para ahli lainnya. Menurut Josephus (sejarawan Yahudi), Yesus lahir pada tanggal 14 Maret tahun 4 Sebelum Masehi. Berdasarkan observasi astronomis Johannes Kepler, Yesus lahir tahun 7 Sebelum Masehi. Sedangkan Tertulian, Irenaeus, Eusebius (bapak gereja) berpendapat bahwa Yesus lahir pada tahun 2 Sebelum Masehi.
2. Yesus Lahir Bulan April atau November?
Dr. J.L. Ch. Abineno menjelaskan bahwa Yesus mustahil lahir 25 Desember. Menurutnya, Yesus lahir pada bulan Maret, April atau November.“Gereja-gereja merayakan Natal pada tanggal 25 Desember. Kebiasaan ini baru dimulai dalam abad ke-4. Sebelum itu Gereja tidak mengenal perayaan Natal. Terutama karena gereja tidak tahu dengan pasti kapan –pada hari dan tahun keberapa– Yesus dilahirkan. Kitab-kitab Injil tidak memuat data-data tentang hal itu. Dalam Lukas pasal 2 dikatakan bahwa pada waktu Yesus dilahirkan, gembala-gembala sedang berada di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam (ayat 8). Itu berarti, bahwa Yesus dilahirkan antara bulan Maret atau April dan bulan November” (Buku Katekisasi Perjanjian Baru, hal. 14).
3. Yesus Lahir Bulan September?
Pendeta Benyamin Obadyah, alumnus Jerusalem Center, Yerusalem, mengutip pendapat R.A. Honorof dalam bukunya The Return of the Messiah (1997), menyatakan bahwa Yesus lahir pada bulan September. Benyamin menulis: “Meskipun menurut Alkitab Yesus dikandung Maria dari karunia Allah (Lukas 1:35), tapi ia dikandung secara normal selama 40 minggu atau 9,5 bulan. Ini berarti, Yesus dilahirkan pada akhir bulan September atau awal Oktober dan saat itulah orang Yahudi merayakan Hari Raya Tabernakel... Hari raya ini jatuh setiap tanggal 15 bulan Tishri menurut kalendar Yahudi. Menurut kalendar internasional (Gregorian), tahun 1999 tanggal 15 Tishri bertepatan dengan tanggal 25 September. Jadi, umat Kristen yang memperingati Natal 25 Desember terlambat selama tiga bulan.”
4. Yesus Lahir Bulan Januari?
Ephiphanius dan Gereja Orthodox Timur memperingati Natal tanggal 6 Januari, lalu Gereja Katolik Ortodoks memperingati Natal tanggal 7 Januari, sedangkan Gereja Armenian memperingati Natal tanggal 19 Januari.
PERMASALAHAN
1. Penolakkan beberapa Gereja terhadap perayaan 25 Desember
a. Karena itu merupakan budaya Roma bukan budaya Kristen
Ada beberapa golongan yang saat ini begitu ekstrim menolak Natal. Setahu saya dulu Gereja Advent memang menolak perayaan Natal namun ada banyak juga anggota gereja ini yang turut merayakan Natal dan tidak begitu ekstrim dalam hal menolak perayaan Natal.
Ada beberapa golongan yang saat ini begitu ekstrim menolak Natal. Setahu saya dulu Gereja Advent memang menolak perayaan Natal namun ada banyak juga anggota gereja ini yang turut merayakan Natal dan tidak begitu ekstrim dalam hal menolak perayaan Natal.
Tapi saat ini ada kelompok ekstrim yang benar-benar mengharamkan Natal. Kelompok ini disebut sebagai "Pengagum nama Yahweh". Mereka ingin kembali ke akar rumput Yahudi (ada baiknya membaca artikel saya yang berjudul "Kristen Bukanlah Yahudi") dan hanya merayakan hari-hari perayaan yang tercantum dalam Alkitab saja seperti hari Pondok Daun dan lainnya.
Mereka bahkan berani mengambil kesimpulan bahwa orang yang merayakan Natal sama saja dengan menyembah dewa matahari.
b. Perayaan Ulang Tahun dalam Alkitab adalah budaya kafir
Herbert W Armstrong (1892-1986), Pastur Worldwide Church of God yang berkedudukan di Amerika Serikat berkata bahwa orang yang merayakan Ulang Tahun adalah orang kafir. Menurut saya orang ini terlalu cetek dalam menilai seseorang kafir atau tidak.
Dalam Alkitab hanya ada satu kali perayaan ulang tahun tercatat yaitu pada Mat 14:6 dimana perayaan Ulang Tahun yang dimaksud adalah ulang tahun Herodes. Banyak orang Kristen yang menolak Natal beranggapan bahwa dengan merayakan Hari Ulang Tahun Yesus sama seperti mengikuti budaya kafir.
Tahukah Anda bahwa ucapan selamat (salaman) berasal dari budaya Romawi. Atau tahukah Anda bahwa upacara bendera berasal dari budaya Tiongkok. Jadi ada banyak sekali budaya yang sebenarnya berasal dari bangsa kafir. Tapi apakah karena itu kita tidak boleh mengikutinya?
Yang jadi masalah adalah apakah budaya tersebut dapat melunturkan iman kita kepada Yesus. Seandainya ada suatu budaya yang melunturkan iman, maka lebih baik jangan dilakukan.
Dan yang terakhir adalah "Apakah Anda merayakan Ulang Tahun Anda?". Kalau iya, maka Anda bisa dituduh sebagai pemelihara budaya kafir.
Tapi saya percaya bahwa keKristenan tidaklah sekonyol itu. Seandainya ada peraturan konyol yang melarang hal-hal yang sebenarnya tidak diatur Alkitab, maka anggaplah orang dan kelompok tersebut hanya mencari sensasi. Bagi saya tidak masalah apakah mereka mau merayakan Natal atau tidak, yang jadi masalah adalah kalau mereka menuduh orang yang merayakan Natal sebagai orang yang tidak Alkitabiah.
b. Perayaan Ulang Tahun dalam Alkitab adalah budaya kafir
Herbert W Armstrong (1892-1986), Pastur Worldwide Church of God yang berkedudukan di Amerika Serikat berkata bahwa orang yang merayakan Ulang Tahun adalah orang kafir. Menurut saya orang ini terlalu cetek dalam menilai seseorang kafir atau tidak.
Dalam Alkitab hanya ada satu kali perayaan ulang tahun tercatat yaitu pada Mat 14:6 dimana perayaan Ulang Tahun yang dimaksud adalah ulang tahun Herodes. Banyak orang Kristen yang menolak Natal beranggapan bahwa dengan merayakan Hari Ulang Tahun Yesus sama seperti mengikuti budaya kafir.
Tahukah Anda bahwa ucapan selamat (salaman) berasal dari budaya Romawi. Atau tahukah Anda bahwa upacara bendera berasal dari budaya Tiongkok. Jadi ada banyak sekali budaya yang sebenarnya berasal dari bangsa kafir. Tapi apakah karena itu kita tidak boleh mengikutinya?
Yang jadi masalah adalah apakah budaya tersebut dapat melunturkan iman kita kepada Yesus. Seandainya ada suatu budaya yang melunturkan iman, maka lebih baik jangan dilakukan.
Dan yang terakhir adalah "Apakah Anda merayakan Ulang Tahun Anda?". Kalau iya, maka Anda bisa dituduh sebagai pemelihara budaya kafir.
Tapi saya percaya bahwa keKristenan tidaklah sekonyol itu. Seandainya ada peraturan konyol yang melarang hal-hal yang sebenarnya tidak diatur Alkitab, maka anggaplah orang dan kelompok tersebut hanya mencari sensasi. Bagi saya tidak masalah apakah mereka mau merayakan Natal atau tidak, yang jadi masalah adalah kalau mereka menuduh orang yang merayakan Natal sebagai orang yang tidak Alkitabiah.
Ini yang menjadi perhatian khusus dari saya. Ketika Natal datang, maka seperti biasanya akan muncul film-film Hollywood yang bertemakan Natal. Tapi setiap kali itu juga hati saya merasa miris karena walaupun tema Natal, mereka lebih banyak menampilkan Santa Clauss dan segala kebohongannya serta sama sekali tidak menyertakan Yesus dalam film tersebut.
Atau mungkin ketika anda jalan-jalan ke Mall, asesoris apa yang paling sering anda lihat? Pohon Natal atau Kandang Domba (tanda kelahiran Yesus)? Orang Kristen saat ini lebih fokus kepada asesoris dan cenderung melupakan arti Natal.
SOLUSI dan RENUNGAN
Walaupun demikian, menurut pendapat saya bukanlah satu hal yang penting bagi kita untuk mengetahui kapan tepatnya Tuhan Yesus dilahirkan. Bahkan Gereja Baptis yang ada di daerah Sunter merayakan Natal pada sekitar pertengahan tahun karena mereka menganggap tanggal 25 Desember bukanlah hari suci dan sekaligus sebagai hari jadi gereja mereka, dan itu sama sekali bukan masalah, karena yang paling penting dari segala-galanya ialah Tuhan Yesus - Mesias kita telah dilahirkan di dunia ini dan sudah disalib untuk menebus dosa umat manusia.
1. Natal adalah saat berkumpul bersama keluarga
Bagi saya hari Natal tidaklah berbeda dengan hari lainnya karena bagi Tuhan semua hari adalah sama. Namun yang penting bagi saya adalah apa yang biasa terjadi ketika tanggal 25 Desember dalam setiap keluarga. Bukankah pada tanggal itu sudah menjadi budaya bagi sebagian orang Kristen untuk berkumpul bersama keluarga?
Atau bahkan bagi sebagian orang, mereka rela datang dari jauh hanya untuk mengunjungi orang tua mereka pada hari terebut.
Bahkan bukankah mereka yang menolak Natal di tanggal 25 Desember (baik Advent, Fundamental, ataupun Gerakan Mesianik) yang bekerja pada sebuah perusahaan akan mendapatkan THR? Jadi bagi saya hal ini bukanlah suatu masalah yang perlu dibesar-besarkan. Yang jadi masalah adalah ketika kita merayakan Natal tapi hanya fokus pada pernak-perniknya dan tidak fokus atas kelahiran Yesus.
3. Fokus utama kita bukanlah kedatangan yang pertama, melainkan "KedatanganNya di hati kita" dan "KedatanganNya yang kedua"
Selain itu bukannya hari dan tanggal kedatangannya yang pertama yang penting bagi kita, melainkan hari kedatangannya yang kedua - adalah jauh lebih penting - apalagi waktunya sudah dekat. Apakah kita sudah siap untuk menyongsong kedatangan-Nya yang kedua kali?
1 komentar:
betull sekali...
Posting Komentar